Judi adalah aktivitas yang telah ada selama berabad-abad dan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Namun, meskipun banyak orang mengalami kekalahan dalam berjudi, mereka tetap kembali bermain. Fenomena ini menjadi subjek menarik dalam studi psikologi, karena menunjukkan bagaimana pikiran manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor emosional, kognitif, dan sosial. Artikel ini akan membahas Studi Psikologi: Mengapa Orang Terus Bermain Meski Sering Kalah?.
1. Efek “Near Miss” (Hampir Menang)
Salah satu alasan utama mengapa orang terus berjudi meskipun sering kalah adalah efek “near miss” atau hampir menang. Dalam psikologi, fenomena ini terjadi ketika seseorang merasa bahwa mereka hampir berhasil mencapai kemenangan, meskipun pada kenyataannya mereka kalah.
Misalnya, dalam permainan slot, jika seseorang mendapatkan dua simbol yang cocok tetapi simbol ketiga hampir sama, mereka mungkin merasa bahwa mereka “hampir menang” dan beranggapan bahwa kemenangan besar akan segera datang. Ini menciptakan ilusi keterampilan, meskipun hasil permainan sepenuhnya bergantung pada keberuntungan.
2. Gambler’s Fallacy (Kekeliruan Penjudi)
Gambler’s fallacy adalah kesalahan berpikir di mana seseorang percaya bahwa hasil dari sebuah permainan judi dapat diprediksi berdasarkan hasil sebelumnya.
Misalnya, jika seseorang telah mengalami lima kekalahan berturut-turut, mereka mungkin berpikir bahwa kemenangan pasti akan datang dalam waktu dekat, padahal setiap putaran atau taruhan dalam judi tidak dipengaruhi oleh hasil sebelumnya. Keyakinan ini membuat pemain terus bermain, meskipun kemungkinan menang mereka tetap sama.
3. Pengaruh Dopamin dalam Otak
Dari sudut pandang neurosains, perjudian memiliki efek langsung pada sistem penghargaan dalam otak, khususnya neurotransmitter yang disebut dopamin. Dopamin adalah zat kimia yang berperan dalam perasaan senang dan motivasi.
Ketika seseorang berjudi, otak melepaskan dopamin, baik saat mereka menang maupun kalah. Ini berarti bahwa bahkan kekalahan pun bisa memicu perasaan euforia atau semangat untuk terus bermain, karena tubuh terus mengasosiasikan perjudian dengan kegembiraan.
Dalam kasus kecanduan judi, sistem dopamin ini menjadi terlalu aktif, menyebabkan seseorang terus bermain bahkan saat mereka sadar bahwa mereka sudah kehilangan banyak uang.
4. Efek “Variable Reward System” (Sistem Hadiah Acak)
Banyak permainan judi menggunakan sistem hadiah acak atau variable reward system, yang merupakan teknik yang juga digunakan dalam permainan video dan media sosial untuk membuat seseorang tetap terlibat.
Dalam sistem ini, pemain tidak mendapatkan hadiah setiap saat, tetapi hadiah diberikan secara acak. Hal ini menciptakan ekspektasi yang tidak pasti dan meningkatkan rasa penasaran. Karena otak manusia cenderung menikmati kejutan yang menyenangkan, pemain terus bermain dengan harapan mendapatkan hadiah berikutnya.
5. Faktor Sosial dan Tekanan Lingkungan
Banyak orang yang terus berjudi karena faktor sosial. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin ingin meniru teman atau keluarga yang juga berjudi, atau mereka merasa tekanan sosial untuk tetap bermain agar tidak ketinggalan.
Selain itu, di kasino atau platform judi online, lingkungan dirancang sedemikian rupa agar membuat pemain betah, misalnya melalui musik, lampu, dan atmosfer yang menyenangkan. Semua ini menciptakan lingkungan yang sulit untuk ditinggalkan.
6. Efek Sunk Cost Fallacy (Biaya Hangus)
Sunk cost fallacy adalah fenomena psikologis di mana seseorang merasa sulit untuk berhenti dari suatu aktivitas karena mereka telah menginvestasikan banyak waktu, uang, atau usaha di dalamnya.
Misalnya, jika seseorang telah kehilangan banyak uang dalam judi, mereka mungkin berpikir, “Saya sudah rugi banyak, jadi saya harus terus bermain sampai saya menang kembali.”
Pemikiran ini berbahaya karena membuat seseorang terus berjudi, meskipun mereka terus mengalami kerugian.
7. Harapan untuk “Big Win” (Kemenangan Besar)
Salah satu daya tarik terbesar dari judi adalah kemungkinan untuk mendapatkan kemenangan besar. Banyak pemain percaya bahwa suatu hari nanti mereka akan mendapatkan jackpot yang akan mengubah hidup mereka.
Iklan judi sering kali menampilkan orang-orang yang menang dalam jumlah besar, menciptakan ilusi bahwa kemenangan besar adalah sesuatu yang bisa terjadi pada siapa saja, padahal peluangnya sangat kecil.
8. Pengaruh Iklan dan Media
Iklan judi online dan media sering kali menggambarkan perjudian sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menguntungkan. Mereka menampilkan kemenangan besar, gaya hidup mewah, dan pengalaman sosial yang menarik.
Paparan terus-menerus terhadap iklan semacam ini membuat orang berpikir bahwa judi adalah cara yang sah untuk mendapatkan uang, dan akhirnya mereka terus bermain meskipun sering kalah.
9. Efek Dissonansi Kognitif (Cognitive Dissonance)
Dissonansi kognitif terjadi ketika seseorang mengalami konflik antara keyakinan dan tindakan mereka.
Misalnya, seseorang mungkin sadar bahwa mereka kalah terus-menerus, tetapi mereka tetap bermain karena tidak ingin mengakui bahwa mereka telah membuat keputusan yang salah. Untuk menghindari perasaan bersalah atau menyesal, mereka akan mencari alasan untuk membenarkan tindakan mereka, seperti “Saya hanya bermain untuk hiburan.”
10. Kesimpulan
Berdasarkan studi psikologi, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang terus berjudi meskipun mereka sering mengalami kekalahan. Dari efek near miss, gambler’s fallacy, hingga pengaruh dopamin dalam otak, semuanya berperan dalam membentuk kebiasaan berjudi yang sulit dihentikan.
Selain itu, faktor sosial, sistem hadiah acak, dan sunk cost fallacy juga memainkan peran penting dalam membuat seseorang tetap bermain.